Di ruang kelas itu,
tepatnya di depan pintu,
seseorang menanyakan namaku,
juga,
menanyakan
yang kupikirkan.
Sayang,
waktu
sepertinya sempit
baginya.
Tergesa,
ia sodorkan pertanyaan
(serupa seperti ini):
"Termotivasi dari gurunya ya?"
"(dalam hati: eh?) i-iya"
"Siapa nama gurunya?"
"(sebut nama)"
"(berterima kasih, lalu pergi)"
***
Beberapa hari setelahnya,
di sebuah bagian media lokal,
tercetak foto bersama,
di mana aku,
berdiri di paling pojok.
Terlihat bagus.
Tapi sayang,
di bagian surat kabar itu,
potongan kalimat berikut turut menyertai
(yang serupa seperti ini):
Dina, salah seorang murid di xxxx,
mengaku kagum dengan gurunya, xxxx.
"iya, ngefans dengan xxxx", ungkapnya.
***
— A captured memory,
on year 200X —
Waduh, jauh ya dari termotivasi menjadi fans...
BalasHapusPadahal, siapapun bisa memotivasi, mau itu musuh atau orang asing sekalipun
HapusMukaku jadi berlabel fans pasca itu. Tapi ga juga kali ya kalau gurunya ga langsung percaya gitu aja sama yang tertulis di sana.
HapusBayangkan kalau gurunya beneran percaya dan setiap ketemu bilang "hi, fans!"
HapusSenang bisa mencerahkan hari seseorang walau seorang
HapusBercanda, bercanda
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus