Search This Blog

Ngefans

Di ruang kelas itu, 
tepatnya di depan pintu, 
seseorang menanyakan namaku, 

juga, 

menanyakan 
yang kupikirkan. 

Sayang,
waktu
sepertinya sempit
baginya. 

Tergesa, 
ia sodorkan pertanyaan 
(serupa seperti ini): 

"Termotivasi dari gurunya ya?"
"(dalam hati: eh?) i-iya"

"Siapa nama gurunya?"
"(sebut nama)"

"(berterima kasih, lalu pergi)"

***

Beberapa hari setelahnya, 
di sebuah bagian media lokal, 
tercetak foto bersama, 
di mana aku, 
berdiri di paling pojok. 

Terlihat bagus. 

Tapi sayang, 
di bagian surat kabar itu, 
potongan kalimat berikut turut menyertai 
(yang serupa seperti ini): 

Dina, salah seorang murid di xxxx,
mengaku kagum dengan gurunya, xxxx. 
"iya, ngefans dengan xxxx", ungkapnya.

***

 A captured memory, 
on year 200X 

7 komentar:

  1. Waduh, jauh ya dari termotivasi menjadi fans...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal, siapapun bisa memotivasi, mau itu musuh atau orang asing sekalipun

      Hapus
    2. Mukaku jadi berlabel fans pasca itu. Tapi ga juga kali ya kalau gurunya ga langsung percaya gitu aja sama yang tertulis di sana.

      Hapus
    3. Bayangkan kalau gurunya beneran percaya dan setiap ketemu bilang "hi, fans!"

      Hapus
    4. Senang bisa mencerahkan hari seseorang walau seorang

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Before you leave, I want you to know that I'd love to read your thoughts about this post. ( •̀ - •́ )
On top of everything, thanks for visiting and cya (..◜ᴗ◝..)