Search This Blog

Ironi Ketidaktahuan

"Silakan makan siangnya, Pak".

Derap kaki terdengar kembali. 
Tirai putih lainnya terbuka. 

"Silakan makan siangnya, Pak".

Lagi. 
Lagi.

Sampai seluruh tirai terbuka. 

Kecuali tirai ini,
tirai di mana 

ayah terbaring lemah, 
tanpa makan dan minum 

selama tiga hari.

***

Piring dan sendok plastik beradu. 

Trak trak. 
Trek trek.

Mulut-mulut berdecapan. 

Cap cap. 
Nyem nyem. 

Hati berteriak. 

Sedih. 
Kecewa.

Tidak bisakah kalian makan dengan tenang?

***

± 21 tahun yang lalu

"Makan ga boleh bunyi!", 
ujar mama.

Di hadapanku, 
piring nasi menatapku. 

Aku mulai menyendok lagi.

Ting.

"Eh, ga boleh bunyi!"
Lagi, kucoba lebih hening lagi. 

Ting (samar). 

"Ga boleh bunyi!"
Kukunyah nasinya. 

Nyap nyap.

"Mulutnya ga boleh bunyi."

***

Etika makan, 
ternyata ada esensinya. 

Tidak mengetahuinya, 
memang tidak membuat dunia runtuh. 

Tapi ironi 
untuk mereka yang tak menyadari, 

namun terasa nyaring di hati yang sunyi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Before you leave, I want you to know that I'd love to read your thoughts about this post. ( •̀ - •́ )
On top of everything, thanks for visiting and cya (..◜ᴗ◝..)