Search This Blog

1 + 1 = 2

Aku: "Hai A! Hai B!"

A, B: "Hai!"

Aku: "A, kalau kuperhatikan, kamu kadang ragu kalau ingin bertanya ke B. Kenapa?"

A: "Mungkin karena takut pertanyaan yang kulontarkan ternyata bukan pertanyaan yang perlu ditanyakan."

Aku: "Bukan pertanyaan yang perlu ditanyakan?"

A: "Iya, semacam.. pertanyaan yang jawabannya sudah jelas tanpa harus ditanyakan sekalipun."

Aku: "Bagaimana pula kamu tahu jawabannya sudah jelas tanpa harus ditanyakan sekalipun? Itu kan yang mau kamu tanya? D:"

A: "Karena.. asumsi? Sebab acapkali aku merasa sudah menanyakan pertanyaan bodoh setelah bertanya."

Aku: "Dan kenapa kamu bisa merasa seperti itu?"

A: "Karena nada dari jawaban awalnya terdengar seperti heran bercampur kesal."

Aku: "Benarkah seperti itu, B? Adakah pertanyaan A yang pernah membuatmu heran ataupun kesal?"

B: "Iya. Misalnya ditanya kenapa 1 + 1 = 2. Bukankah itu hal yang sudah jelas?"

Aku: "Aku malah jadi penasaran sekarang. Kenapa 1 + 1 = 2?"

B: "Ya coba saja hitung pakai jari. Satu jari, ditambah satu jari, jadi berapa jari? Dua kan?"

A: "Ya! ya! Seperti itu nada yang kutangkap setelah bertanya pertanyaan yang dianggap B sebagai pertanyaan yang tidak perlu dipertanyakan!"

B: "Tapi 1 + 1 = 2 kan memang sudah jelas dari sananya seperti itu."

A, Aku: "Jelas dari mananya???"