Search This Blog

Kesal Kawaii

Pagi ini di TJ 5N yang kunaiki, 
seorang nenek yang baru masuk bis dari halte, 

langsung curhat kesal (tapi kawaii) ke penumpang lain, 

gara-gara jalannya masuk ke bis
terhalangi oleh dua orang yang ngobrol di depan gate halte, 

padahal durasi bis berhenti di halte terbatas.

***

"Wooooghhh, orang mau masuk, malah ngalangin jalan, malah ngobrooooolll aja."

Para ibu-ibu yang mendengarnya reflek ketawa berjamaah. 

Aku, 
aku senyum-senyum, 

teringat diriku sendiri ketika kesal.

Nenek itu terus berulang mendumel, 
yang satu per satu dumelannya ditanggapi oleh ibu-ibu dengan urutan:

1. tawa reflek

2. pendapat kalau si nenek mungkin belum bilang permisi mau lewat

3. pendapat kalau mungkin dua orang yang lagi ngobrol itu gatau nenek mau lewat

4. obrolan pengalih topik kayak anak si nenek di mana, mau pergi ke mana, asal dari mana, dsb

***

Sempat hening sejenak setelah beberapa dumelan, 

hening itu kemudian pecah oleh dumelan yang sama.

"Lah masih kesal Bu?", tanya ibu-ibu di sebelahnya sambil tertawa kecil.

Bila menyimak respon ibu-ibu sejauh ini, aku rasa wajar jika si nenek masih kesal.

Nenek masih butuh validasi atas perasaan kesalnya.

Aku rasa hal pertama yang ingin didengar orang yang curhat, bukanlah saran, masukan, apalagi kritik, 

melainkan perasaan didengar, 

dimengerti, 

dan valid.