Bertanya,
seringkali dianggap
sebagai tanda ketertarikan.
Jika tidak bertanya,
maka dianggap tidak tertarik.
Tapi alih-alih paksakan diri
tuk bertanya demi tunjukkan minat,
mari tanya diri.
Kalau seandainya
pertanyaan itu
belum muncul di kepala,
maka belum munculnya itu,
apa karena nge-blank lantaran terlalu tertarik,
atau..
karena memang beneran belum tertarik?
***
P.s. Dari aku yang kurang sreg sama saran harus nanya pas interview kerja.
Kupikir saran universal itu kurang tepat buatku. Tiada keraguan untukku bertanya, selama pertanyaan itu muncul di kepala. Kalau ada pertanyaan pasti kutanyakan.
Jadi saran yang lebih tepat untuk kasus seperti itu adalah introspeksi. Kalau belum muncul pertanyaan, tanyakan diri, sebenarnya diri memang beneran tertarik dengan yang dilamar, atau sebaliknya?
Jika belum tahu, mungkin memang belum kenal. Caritahu tentang yang dilamar. Apa visi misi mereka. Apa visi misiku. Adakah bagian yang sejalan. Adakah bagian yang bertolak. Caritahu juga pernak pernik seperti budaya, nilai yang dianut, dan sejenisnya.
Dan jika akhirnya setelah proses mengenal itu, ternyata diri memang tidak tertarik, maka tidak perlu lanjutkan proses rekrutmennya. Cukup fokus saja pada rekrutmen lain yang lebih membuat diri tertarik.
Bukannya memaksakan diri untuk bertanya demi tunjukkan ketertarikan padahal aslinya. . .
. . .tidak tertarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Before you leave, I want you to know that I'd love to read your thoughts about this post. ( •̀ - •́ )
On top of everything, thanks for visiting and cya (..◜ᴗ◝..)